Kamis, 15 Desember 2011

Kebobrokan Pendidikan di Indonesia

Kebobrokan Pendidikan di Indonesia

Tim investigasi Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional menemukan kecurangan pada tingkat sekolah saat digelar ujian nasional tingkat SMA dan SMP April lalu. Investigasi dilakukan di sembilan daerah antara lain Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Sumatra Barat, Maluku Utara, Jawa Timur, Banten, Nusatenggara Barat dan Sumatra Utara. Hasil investigasi tersebut diumumkan Jumat (4/5) setelah menelaah 37 kasus kecurangan yang dilaporkan pada Depdiknas.[Metrotvews.com]

Mungkin cukilan berita di atas hanyalah sebagian dari kasus yang terjadi pada Ujian Akhir Nasional (UAN) 2011 minggu kemarin.
Dalam beberapa media, banyak sekali diberitakan mengenai kasus yang serupa. Pembocoran UAN terjadi di mana-mana, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi daerah-daerah pedalaman pun banyak juga diberitakan kasus seperti ini. Padahal kasus ini sudah bukan merupakan kasus baru karena tahun-tahun sebelumnya juga sering terjadi dan bahkan modusnya hampir sama, tetapi kenapa tahun ini harus terjadi lagi. Apakah mereka (pihak yang membocorkan soal) tidak tahu betapa berat hukuman yang akan diterima jika terlilit kasus ini. Anehnya, mereka ini kebanyakan adalah pihak guru yang mengajar di sekolahnya sendiri dan bukan tidak mungkin mereka mengerti mengenai hukuman tentang kasus ini.

Hingga saat ini, ada dua kemungkinan mereka melakukan “tugas kotor” tersebut. Pertama, mereka melakukan untuk dibisniskan. Mereka menjual soal-soal UAN kepada siswa dengan harga yang menggiurkan. Dan kedua, mereka melakukan itu karena mereka ingin semua siswa mereka dapat lulus UAN karena mereka tidak mau melihat siswanya sedih hanya karena tidak lulus UAN. Seperti yang diberitakan pada salah satu SMA di daerah Medan tentang kasus kecurangan pada UAN, para guru sengaja membenarkan jawaban para murid karena mereka tidak mau melihat orang tua siswa bersedih akibat anak mereka tidak lulus UAN. Para guru itu juga menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak adil karena dalam UAN tersebut, ada pelajaran Bahasa Inggris yang ikut diujikan. Para guru itu menyebutkan jika untuk SMA di kota-kota besar mungkin tidak begitu mengkhawatirkan dengan mengujikan Bahasa Inggris karena banyak siswa-siswa yang dapat mengikuti les bahasa Inggris. Akan tetapi, untuk siswa mereka yang rata-rata orang tuanya hanyalah bekerja sebagai petani, bersekolah saja sudah bersyukur, apalagi untuk mengikuti les. Mungkin cukup membingungkan jika kecurangan UAN disebabkan pada alasan kedua.

Di satu sisi, mereka melakukannya karena dengan niat mulia, tetapi di satu sisi, mereka sama saja menghancurkan definisi pendidikan itu sendiri. Padahal mereka adalah salah satu orang yang berperan besar terhadap pendidikan di Indonesia. Lalu, siapa yang disalahkan dan apa yang harus kita lakukan? Apakah pendidikan di Indonesia hanya seperti ini. Lalu bagaimana bisa kita mengejar negara-negara maju jika dari SMA saja sudah seperti ini. Kapankan Indonesia bisa menemukan sistem pendidikan yang memang benar-benar baik? Mungkin itulah tugas-tugas kita sebagai genarasi muda untuk memajukan negara ini. Begitu banyak “lubang-lubang” yang harus kita tambal untuk memajukan negara ini.

Tidak ada komentar: